GALENIKA

ILMU GALENICA

 

A.    Pendahuluan

Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.

Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).

Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :

  • Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
  • Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.

Tujuan dibuatnya sediaan galenik :

  1. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
  2. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
  3. agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik

  1. Derajat kehalusan

Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.

Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.

 

  1. Konsentrasi / kepekatan

Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.

  1. Suhu dan lamanya waktu

Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.

 

  1. Bahan penyari dan cara penyari

Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

 

Bentuk-bentuk sediaan galenik

  1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
  2. Hasil Penyulingan/ pemerasan  : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
  3. Syrup.

 

B.      Penarikan (Extraction)

Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah.

Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.

Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extractio.

Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan pengolahannya.

Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan untuk :

Maserasi          : 15 – 25 0C

Digerasi          : 35 – 45 0C

Infundasi        : 90 – 98 0C

Memasak        : suhu mendidih

 

Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengawal lemakkannya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan zat pahitnya seperti : Lichen islandicus.

Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.

 

Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

 

  1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

 

  1. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak larutnya.

 

  1. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

 

  1. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.

 

Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.

Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose).

 

C.      Cairan – Cairan Penarik

Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain :

  1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
  2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibat-akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna, pengendapan, hidrolisa)
  3. Harga yang murah
  4. Jenis preparat yang akan dibuat

 

Macam – macam cairan penyari :

 

1.       Air

Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.

Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut meripakan makanan  yang baik untuk jamur atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada perkolasi.

2.       Etanol

Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri.    Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air sendiri.

 

3.       Gycerinum (Gliserin)

Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung  zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.

 

4.       Eter

Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.

 

5.       Solvent Hexane

Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya  strychni, secale cornutum.

 

6.       Acetonum

Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)

7.       Chloroform

Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.

 

D.      Cara – Cara Penarikan

 

1.   Maserasi

Adalah cara penarikan sari dari  simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.

 

2.    Digerasi

Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35o – 45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.

 

3.   Perkolasi

Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Cara-cara perkolasi :

  1. perkolasi biasa
  2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
  3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
  1. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai    alat soxhlet.

 

Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :

  1. mempersiapkan simplisianya :   derajat halusnya.
  2. melembabkan dengan cara penyari :   maserasi I
  3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya
    1. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di maserer dalam perkolator :   maserasi II
    2. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.

 

A. Perkolasi Biasa

Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan penyari, masukkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu. Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat keras.

Gambar Perkolator :

B. Perkolasi Bertingkat / Reperkolasi

Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa perkolator. Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam beberapa porsi dan ditarik tersendiri dalam tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian dalam tiga perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya  dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi berikutnya pada perkolator yang kedua dan ketiga.

 

Cara Kerjanya :

  • Isi perkolator pertama–tama  dilembabkan, dan ditarik seperti cara memperkoler biasa, tetapi perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang diminta dan perkolat selanjutnya disebut susulan pertama.
  • Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat A (susulan pertama), akan diperoleh perkolat-perkolat dalam jumlah-jumlah dan volume tertentu, dengan catatan perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah sebagian dari sediaan.
  • Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B bagian kedua 200 cc dan seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa perkolat A bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B bagian pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian berikutnya lebih besar volumenya dari perkolat-perkolat B. Hasilnya ialah:

– perkolat A pertama   200 cc

– perkolat B pertama    300 cc     jumlah 1000 cc

– perkolat C pertama    500 cc

 

Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat dalam bentuk pekat  dan berarti penghematan menstrum. Tetapi reperkolasi ini tidak dapat dipergunakan untuk ekstraksi sampai habis. Secara resmi reperkolasi dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.

 

C. Perkolasi Dengan Tekanan
Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang sangat kecil sehingga cara perkolasi biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya perkolat dapat turun ke bawah.Alat tersebut dinamakan diacolator.

 

E.      Tingtur (Tinctura)

Adalah  sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.

 

Cara Pembuatan

 

1. Maserasi , kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :

  • Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.

 

  • Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.

 

2. Perkolasi,  kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :

  • Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
  • Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
  • Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diproleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang atau saring.

 

Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.

 

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.

 

Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.

Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.

 

Pembagian Tinctur

  1. Menurut Cara Pembuatan
    1. Tingtur Asli

Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.

Contoh :

Tingtur yang dibuat secara maserasi

1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain  

 

Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh :

1. Belladonae Tinctura FI III
2. Cinnamomi Tinctura FI III
3. Digitalis Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Strychnini Tinctura FI II
6. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain  

 

  1. Tingtur Tidak Asli (Palsu)

Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.

Contoh :

1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III

 

  1. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
    1. Tingtur Keras

Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras. Contoh :

1. Belladonae Tinctura FI III
2. Digitalis Tinctura FI III
3. Opii Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974

 

  1. Tingtur Lemah

Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh :

1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II

 

  1. Berdasarkan Cairan Penariknya

a.     Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae Aetherea.

 

b.    Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).

 

c.     Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.

 

d.    Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh : Tinctura Rhei Aquosa.

 

e.     Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh : Tinctura Chinae Composita.

 

Contoh Sediaan Tinctura

 

  1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agak kasar (22/60) dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.

 

  1. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (18/34) akar ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

  1. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.

 

  1. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

  1. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

6.    Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.

 

7.    Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji strichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, yang menggunakan pelarut penyari etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar strichnina, jika perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.

 

8.    Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)

Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90 %, saring.

 

9.    Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)

Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

12. Tingtur Cabe  (Capsici Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air selama 3 jam. Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.

 

13. Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh  disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan

 

14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

 

15. Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura)

Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70 % hingga memenuhi syarat.

 

16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)

Cara pembuatan : Larutkan Iodum 1,8 – 2,2 %, Natriun Iodida 2,1 – 2,6 % dalam etanol encer.

 

17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)

Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70 % secukupnya.

 

18. Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)

Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium dengan campuran etanol 90 % dan air volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur

19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)

Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.

20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)

Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.